Kamis, 23 Desember 2010

A2. HAKEKAT MUSIBAH (DR. Kemas Ali Hanafiah)


A2. HAKEKAT MUSIBAH
Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan & penderitaan agar mereka tunduk dengan merendahkan diri (TQS al A’raaf 94).
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, agar mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri (TQS al An’aam 42).
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari ni’mat-ni’mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat (TQS an Nahl 112).
Apa saja ni`mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka (itu adalah dari kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi (TQS an Nisaa’ 79).
 Wahai saudaraku marilah kita renungi Petunjuk-petunjuk Allah SWT ini, inilah makna perintah “IQROO’” bukan sekadar membaca seperti burung beo, Wallaahu  a’lam.
 I. Tahukan Anda bahwa MUSIBAH/ COBAAN itu adalah TANDA KASIH ALLAH !
1. Muslim itu hidup tenang mati masuk surga & Rukun Islam ke-6: Iman kepada qodho & qadar:
Maa ashoba  mim mushibatin fil ardhi wa la fii anfusikum illa fi kitabim min qobli an nabra-aha (tiada menimpa musibah di bumi maupun pada dirimu melainkan (tertulis) dalam KITAB sebelum Kami menciptakannya), inna dzalika ‘alallahi yasier (sesungguhnya hal itu di sisi Allah adalah mudah).  Li kai la ta’sau ‘ala ma fatakum (supaya kamu jangan putus asa atas sesuatu yang luput darimu) wa la tafrahu bi maa atakum (& agar kamu jangan terlalu gembira dengan apa yang telah diberikan padamu), Wallahu la yuhibbu kulla mukhtalin fakhur (Allah tidak menyukai  orang yang sombong lagi berbangga-diri) (QS Al Hadid 22-23).
Inna ahadakum yajma’u khalquhu fi bathni ummihi (sesungguhnya seseorang itu terkumpul kejadiaannya di dalam perut ibunya): “arba’ina yauman nuthfah (40 hari berupa air mani), tsumma yakunu ‘alaqotam mitsla dzalika (berupa darah sela-ma itu juga), tsumma yakunu mudhghotam mitsla dzalika (berupa daging juga demikian), tsumma yursalul malaku fa yamfukhu fihir rukh (lalu Allah mengutus malaekat untuk me-niupkan rukh padanya), wa yu’maru bi arba’i kalimatin bi katbi (& diperintahkan menulis 4 kalimat di kitabnya):RIZQIHi, wa AJALIHi, wa “AMALIHi, wa SYAQIYYUN au SA’ID (rizkinya, ajalnya, amalnya, kesialan atau keberuntungannya) (HSR Bukhary & Muslim dari Ibnu Mas’ud).
Seorang Muslim (yang ta’at Allah & RasulNya) itu apa saja yang terjadi padanya adalah yang terbaik baginya. Jika ditimpa musibah/cobaan sabar berpahala & jika diberi nikmat bersyukur berpahala, hingga suapan nasi ke mulutnya (Basmalah) pun diberi pahala (HR Muslim dari Shuheib b . sannan RA; Baihaqy dari Sa’ad ).
Mukmin itu mati bagaikan bayi baru lahir di alam barzakh  (HR Hakim), meninggalkan kehidupan dunia fana yang hanya merupakan kesenangan yang menipu (QS Ali Imran 185).
Setiap Anak Adam itu, meski lari dari maut & rezekinya, keduanya tetap akan ditemui (HR Abu Na’im dari Jabir). Hanya saja kapan & dimana maut itu tidak ada yang tahu (QS Luqman 34), sebagai ujian bagi manusia siapa yang beramal saleh (QS Al Mulk 2), yang pasti  Kullu nafsin dzaaikatul maut (QS Ali Imran 185).
2. Hakikat MUSIBAH/KEMATIAN
 “Man yuridillahi bihi khoiron yushib minhu”(Siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, akan diberi cobaan) (HR Bukhary & Muslim dari Abi Hurairah RA). Makin kasih Allah kepadanya, makin banyak diberi cobaan.  Yubtalar rojulu ‘ala hasbi dienihi (Seseorang itu diuji sesuai status agamanya). Fama yabrohul bala-u bil ‘abdi hatta yatru kahu yamsyi ‘alal ardhi (musibah itu akan tetap terus mengincar hambaNya & baru membebaskannya berjalan di muka bumi ini).  wa ma ‘alaihi khorthiah” (manakala dosa-dosanya telah terkikis habis oleh musibah) (HR Bukhary dari Sa’ad). 
“Ummati hadzihi ummatun marhumah (ummatku ini adalah ummat yang dibelas-kasihani), laisa ‘alaiha ‘adzabun fil aakhiroh (mereka tidak akan diadzab di akherat), Innama ‘adza-buha fid dun-yal fitanu, waz zalazilu, wal qotlu wal balaya (Sesungguhnya adzab mereka adalah di dunia, berupa fitnah, gempa bumi, pembunuhan & malapetaka) (HR Thabrani dari Abu Musa).  Musibah yang paling berat adalah kehilangan Agama, setelah itu buta & jika ia sabar maka ia akan masuk surga (HQR Bukhary; Khatib dari Buraidah) & diampuni dosa-dosanya (HR Bazzar dari Buraidah).
“Idza ahabballahu ‘abdan ibtalahul yasma’a tadhorru’ahu” (Jika Allah mengasihi hambanya, maka ia menurunkan cobaan untuk mendengar permohonannya) (HR Baihaqi dari Abi hurairah RA); sebagai sarana Allah menggugurkan dosa-dosanya (HR Bukhari & Muslim dari Ibnu Mas’ud RA, Abdullah bin Mas’ud RA, Siti Aisyah RA);  apabila Aku menimpakan bala’/musibah kepada hambaKu & ia memujiKu, maka ia telah bersih dari dosa-dosanya seperti baru dilahirkan ibunya  (HQ (hasan)R Ahmad dari Syadad b. Aus RA).
Selama sakit/musibah, pahala ibadah rutinnya terus mengalir (HSR Ahmad dari Uqbah b. Amir, Syadad b. Aus & Abdullah b. Amr; Hakim dari Ibnu Umar); juga berlaku akibat kegiatan penting ukhrowi lainnya (Thabrani dari Ibnu Mas’ud);  cobaan berupa duri saja telah menghapuskan 1 kesalahan & diangkat 1 derajat baginya (HR Baihaqi dari Siti Aisyah RA; Bukhary & Muslim dari Abi Sa’id Al Khudri & Abi Hurairah RA).  Jika si sakit tahu betapa besar pahala sakit jika tabah, sabar, ridho & tawakkal, pasti ia akan senang & ingin tetap sakit sampai mati (HR Thabrani dari Ibnu Mas’ud RA).  Tidak seorang mukmin pun yang ditimpa penyakit/kesakitan, kecuali dihapuskan kesalahannya atau diberi pahala berlipat (HR Bukhary dari Ibnu Mas’ud RA).  Oleh karena itu, mukmin yang ditimpa penyakit/musibah seharusnya  berbahagia karena merupakan teguran & tanda perhatian Allah kepadanya.
Mukmin beriman sempurna menjadikan bala’ (musibah) sebagai nikmat & kemewahan hidup sebagai musibah (HR Thabrani dari Ibnu Abbas RA).
Illustrasi: Seorang wanita berkata kepada Nabi SAW tentang penyakitnya yang mudah pingsan & suka membuka AIB orang, ia mohon do’a Nabi. Lalu Nabi bersabda: “jika sabar menerima penyakit itu, maka imbalannya surga, tetapi jika tidak mau akan kudo’akan agar sembuh”, maka wanita itu berujar: “baiklah aku sabar” & Nabi mendo’akan agar penyakit suka ngerumpinya dihilangkan oleh Allah SWT (HSR Bukhary & Muslim dari Ibnu Abbas RA).
Bila tertimpa Musibah Jangan mengingat yang jeleknya melainkan ingatlah yang baik-baik (HR Na-sa’i),  Nabi Ya’kub AS berkata:“Innama asyku batstsie wa huznie ilallah (mengadukan kesusahan & kesedihanku kepada Allah) …” (QS Yuusuf 86; juga Nabi SAW (HR Thabrani);  Musibah & Shodaqoh yang disembunyikan merupakan Tabungan Surga (HR Ahmad).
3. Hakekat MATI SAKIT/KEMATIAN
Mukmin yang mati sakit akan dibangkitkan Allah nanti dalam keadaan suci (HR Thabrani dari Abu Umamah).
Kafa bil mauti mudzahhidan fid dunya (Cukuplah dengan kematian itu untuk menzuhudkan diri pada dunia dan menambah keinginan pada akherat (HR Ahmad); 
Jika sa’at kematian anak, ia memuji Allah & berkata:”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” maka Allah menyuruh malaekat membuatkan rumah baginya di surga & diberi nama “Baitul hamd(HR Tirmidzi dari Abi Musa RA); Anak-anak muslim yang mati berada di suatu bukit dalam surga & diasuh oleh Nabi Ibrahim AS & Siti Sarah RA (HR Baihaqy dari Abi Hurairah). Mereka nanti akan menjadi penolong bagi kedua orang-tuanya yang ikhlas masuk ke surga (HSR (qudsi) Nasa’I & Ahmad dari Abi Hurairah)
       Jika mati pada hari/malam Jum’at (salah satu tanda khusnul khotimah), ia dibebaskan dari fitnah kubur (HR Ahmad dari Ibnu Umar RA).  

II. Bagaimana SEHARUSNYA SIKAP ORANG ISLAM jika Ditimpa  mushibah ?
1. Segera mengingat Allah SWT & mengucapkan:
”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (Sesungguhnya kita ini milik Allah & hanya kepadanya kita kembali), jika diucapkan dengan tawadhu’ & sabar, maka diganjar surga oleh Allah SWT (QS Al Baqarah 155-157). “Alladzina amanu wa tathma-innu qulubuhum bi dzikrillah (yaitu orang-orang yang beriman & hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah), Ala bi dzikrillahi tathma-innul qulub(Ingatlah ! hanya dengan dzikrillah hati menjadi tenteram) (QS Ar Ra’du 28). 
Jangan sampai menjadi Muslim penggiran: “Wa minan nasi may ya’budullaha ‘ala harf (di antara manusia ada yang menyembah Allah di pinggir-pinggir), fa in ashobahu khoirunith ma-anna bih (yaitu jika ia mendapat kebaikan ia tenang dengannya), wa in ashobath-hu fitnatunin qolaba ‘ala wajhih (tetapi jika ditimpa cobaan ia menjadi kafir), Khosirod dunya wal akhiroh (ia itu rugi baik di dunia maupun akherat) (QS Al Hajj 11).
2. Segera sholat SUNNAT:
“Asta’inu bish shobri wash sholah (Bermohonlah dengan sabar & sholat), Innallaha ma’ash shobirien” (Sesungguhnya Allah itu selalu bersama orang yang sabar) (QS Al Baqarah 153).  Nabi SAW memerintahkan para syahabat untuk sholat be-gitu terkena musibah/kematian keluarga yang disayanginya, untuk memohon ketegaran hati & kesabaran (A2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar