Rabu, 17 Agustus 2011

MISTERI ANGKA 9696 DAN HARTA KARUN SOEKARNO

HARTA karun peninggalan mantan presiden Soekarno selama ini masih misteri, bahkan tak sedikit yang meragukannya. Kasus kegagalan pencarian harta peniggalan Prabu Siliwangi di Istana Batutulis beberapa waktu lalu, sepertinya memupus harapan orang untuk memercayai hal-hal yang sulit dibuktikan kebenarannya.
Namun lelaki yang menyebut diri satria piningit bernama Soenuso Goroyo Soekarno mengaku dapat mengangkat peninggalan Presiden Pertama RI itu. Bentuknya berupa ratusan keping emas lantakan, platinum, sertifikat deposito obligasi garansi, dan lain-lain. ”Ini baru sampel dan silakan mengecek kebenarannya. Jika bohong, saya siap digantung,” katanya, Jumat kemarin, kepada pers.

Mantan anggota TNI yang dahulu bernama Suwito itu sengaja mengundang wartawan di rumahnya, Perumahan Cileungsi Hijau, daerah perbatasan Bogor-Bekasi, untuk menyaksikan temuannya. Di rumahnya yang cukup megah disiapkan hidangan layaknya orang hajatan. Maklum, Goroyo, begitu dia biasa disapa, juga mengundang Pangdam Jaya, Kapolda, dan anggota Muspida. Tetapi dari mereka, tak ada pejabat datang.

Kepada tamunya, suami RA Lastika ini memperlihatkan peti besar berisi ratusan keping emas lantakan, masing-masing beratnya 8 ons bergambar Soekarno dan di baliknya ada gambar padi dan kapas. Pada satu sisinya ada tulisan 80 24K 9999. Sementara itu emas putih (platinum) juga berbentuk lantakan berlogo tapal kuda putih bertulisan JM Mathey London. Logam itu dibungkus emas dan bersertifikat emas pula.

Meskipun bersertifikat dan diyakini keasliannya, pada kesempatan itu tidak dihadirkan orang yang mengetahui emas atau pakar yang bisa memastikan asli atau tidak harta benda tersebut.

Memberi Kuasa

Peninggalan lain berupa sertifikat deposito bertanggal 16 Agustus 1945 yang dikeluarkan oleh BPUPKI yang menyebut sejumlah harta yang disimpan di suatu tempat.Adapula sertifikat berbahasa Inggris yang juga disegel dan ditulis di atas lembar kuningan. Sertifikat itu ada yang bertuliskan ”Hibah Substitusi” yang dipercayakan kepada R Edi Tirwata Dinata (108).

Yang terakhir ini, konon karena sudah tua, lantas memberikan kuasa kepada R Anton Hartono untuk mengurus harta benda yang disimpan di Swiss. Bentuknya mikrofilm, dua lembar dokumen, anak kunci boks deposit di JBS, Jenewa, dan dua buah koin. Di dalam sertifikat itu disebutkan, ada dana berjumlah 126,2 miliar dolar AS dan 63,10 miliar dolar AS.

”Insya Allah, jika saya diberi izin, semua harta peninggalan Bung Karno ini bisa membayar utang kita. Saya yakin bisa melaksanakannya,” ungkap Goroyo sembari membantah dirinya paranormal. Dia juga membantah berambisi menjadi presiden atau jabatan politis lain. ”Semua saya lakukan dan beberkan untuk membangun negara kita,” tegasnya.

Saat mendekati rumahnya, di pintu gerbang perumahan dan di depan rumahnya terpampang spanduk putih bertulisan merah, ”Satrio Piningit Soenuso Goroyo Soekarno sang Juru Selamat Telah Hadir di Bumi Indonesia.”

Namun wartawan yang datang sejak pukul 11.00, baru diterima seusai shalat jumat. Goroyo mengenakan stelan jas putih, sepatu putih, mirip yang dikenakan Presiden Soekarno.

Di ruang tamunya juga dipajang foto dirinya bersama seorang jenderal.Adapula yang memperlihatkan saat dirinya menjadi anggota Batalyon Arhanud SE 10/Kodam Jaya. Namun, dia enggan membeberkan latar belakang jati dirinya. ”Saya ini orang susah. Jadi tentara pangkatnya juga di sini (memegang lengannya). Jika saya pakai pakaian seperti ini, hanya model. Kebetulan saya suka,” tuturnya.

Proses Pencarian

Goroyo mengemukakan, dia hanya ingin ada saksi dari aparat soal harta temuannya itu. Selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden Megawati dan diharapkan bisa melunasi utang luar negeri pemerintah. ”Saya tidak ingin imbalan apa pun termasuk jabatan. Saya hanya butuh pengakuan dan surat kuasa untuk meneruskan pencarian harta ini. Namun tampaknya Kapolda dan Kapolri berhalangan.”

Dia menceritakan proses pencarian harta tersebut. Diawali dari kebiasaannya

bertirakat di berbagai tempat, lantas mendapatkan petunjuk. Petunjuk awal adalah sebuah tongkat wasiat yang diyakini tongkat komando milik Presiden Soekarno yang kemudian disimpannya hingga kini.

Selanjutnya, dengan tirakat pula, secara gaib harta benda itu bisa diangkat dari beberapa daerah di Bali, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan. ”Meskipun benda ini kini nyata, tapi awalnya adalah harta gaib. Jadi, mengambilnya juga dengan cara gaib. Saya tidak boleh memilikinya. Saya diperintahkan menyerahkan kepada negara untuk menyelamatkan bangsa,” paparnya.

Ketika disinggung, kenapa justru membeberkan kepada wartawan, bukan langsung menyerahkan kepada pemerintah, Goroyo menyatakan dirinya sudah capai berhubungan dengan pejabat. Awalnya dia melapor kepada Presiden Megawati, tapi tidak digubris. Kemudian kepada mantan atasannya, Kol Art Harus Putri Osa, Dan Men Arhanud I Kodam Jaya, ke Mabes TNI, bahkan juga dilaporkan kepada anggota DPR Permadi SH.

Namun semua seperti tidak menghiraukannya. ”Karena itu, saya mengundang rekan-rekan wartawan untuk menyaksikan langsung,” ujar Goroyo sembari menegaskan, sebagai satria piningit dirinya mengemban tugas menyelamatkan bangsa. Sebutan satria itu dia jelaskan, tidak ada kaitannya dengan ramalan yang pernah diucapkan Permadi bahwa negeri ini akan dipimpin satria piningit.
Harta Karun Soekarno , Akhirnya Ditemukan Juga

GW sengaja menulis judul sedikir merangsang adrenalin kita sebagai manusia dengan kata pembuka “Harta Karun”. Padahal maksudnya sih kiasan saja sebagai suatu ungkapan metaforik analitik setelah menyusuri sejarah Bangsa Indonesia. Judul aslinya adalah “Bangsa Indonesia dan Harta Karun Soekarno”. Membaca tulisan ini, Anda boleh percaya dan boleh juga tidak. Tidak ada paksaan dalam membaca. Tapi mulailah berpikir dan merenungkannya.

Beberapa waktu yang lalu kita sempat dihebohkan dengan berita mengejutkan tentang Harta Karun Warisan Presiden Soekarno yang disebut-sebut berupa emas, perak yang sangat berharga dan khabarnya dapat membayar seluruh hutang Bangsa Indonesia. Isu dan kisah harta warisan Soekarno pun bergulir. Korbannya tak tanggung-tanggung “Seorang Menteri Agama era Megawati” mengacak-ngacak situ purbakala di Bogor. Amarah dan cemooh pun bermunculan karena kenaifan, kedunguan, ketamakan dan keserakahan si menteri yang belakangan diseret pengadilan karena kasus korupsi “Dana Abadi Umat”. Semenjak peristiwa yang memalukan di Bogor itu kisah harta karun peninggalan Soekarno masih terdengar beberapa waktu kemudian. Klaim-klaim masih bermunculan, umumnya dari dukun dan paranormal. Namun pelan-pelan kisah harta itu pun kemudian lenyap meskipun masih mengendap menjadi sisa informasi di benak kebanyakan masyarakat Indonesia yang kelak akan muncul kembali dengan kisah yang barangkali lebih sedap dengan sedikit rasa pedas di lidah yang membuat merah muka.

Kemunculan kisah harta karun Soekarno yang sempat menghebohkan itu memang membuat banyak orang yang kecondongannya tamak menjadi ngiler. Darimana sumber asal kisah itu pun masih simpang siur, tak ketahuan rimbanya. Mungkin salah satu makhluk halus penghuni pulau Jawa yang membisikkan salah satu budaknya untuk membisik-bisikkan tentang pusaka warisan bangsa Indonesia itu. Tapi apa tepatnya Harta Pusaka warisan Soekarno itu? Tak ada satu pun ahli atau pakar yang berminat menyibak misterinya karena tentunya takut di bilang ketularan ketamakan atau di bilang dungu karena percaya pada bisikan paranormal yang tak jelas ujung pangkalnya.

Saya justru tertarik mengungkapkan Harta Peninggalan Soekarno itu bukan dari perspektif perhartakarunan dengan gambaran emas, perak atau intan permata. Tapi dari perspektif kesejarahan Bangsa Indonesia yang jejaknya telah ditemukan oleh Sokarno di kawasan Bogor yang tidak lain adalah prasasti Batu Tulis sebagai peninggalan masa lalu yang menyimpan sejarah bangsa Indonesia dan erat kaitannya dengan transmisi pengetahuan yang saat ini sudah sangat dikenal.

Gagasan saya mengaitkan harta karun Soekarno dengan peninggalan sejarah di Batu Tulis saya ilhami dari karakter Soekarno itu sendiri yang memadukan intelektualitas dan kemampuan citarasanya yang tinggi tentang berbagai seni dan budaya di tanah air. Benar, saya kemudian harus berasumsi bahwa ungkapan Harta Karun Bangsa Indonesia sebenarnya dinyatakan oleh Soekarno sendiri dengan suatu gaya pengungkapan metaforis puitis sebagai karakter dasar beliau. Seseorang yang menguping ungkapan terselubung ini kemudian mengira bahwa yang diungkapkan Soekarno adalah harta beneran berupa emas, perak, atau berlian yang tersimpan di suatu tempat di Bogor, bahkan ada yang mengatakannya tersimpan di suatu Bank di Swiss. Padahal yang dimaksud Soekarno adalah peninggalan di Bogor yaitu Batu Tulis yang menyimpan rahasia emas dan perak sebagai simbologi tentang sumber asal Pengetahuan Tuhan yang telah dikenal semasa kerajaan Areuteun, bahkan mungkin jauh sebelum era kerajaan Areueun maupun Taruma Negara.

Soekarno selain seorang yang teknis, paham ilmu rekayasa, ia pun dikenal sebagai ahli kesenian. Bukan sekedar seni tari atau lukis, namun ia adalah sastrawan yang paham benar ungkapan-ungkapan al-Qur’an, Injil, Kitab Siwa-Budha maupun agama Hindu, dan kenal benar karya sastra lokal (termasuk cerita daerah) maupun dunia. Sehingga gaya pengungkapannya ketika berkaitan dengan suatu titik tolak entitas kebangsaan Indonesia meniru ungkapan kitab-kitab agama dengan maksud-maksud terselubung.

Maksud terselubung itu berkaitan dengan kemampuan manusia idaman Indonesia yang diimpikan Soekarno sebagai manusia yang mestinya cerdas, berpengetahuan lahir maupun batin dengan butir-butir yang tercantum dalam Pancasila. Singkatnya, impian Soekarno tentang Manusia Indonesia di masa depan adalah “yang jenius sekaligus yang relijius” sebagai figur diri Soekarno sendiri. Dengan menyelubungi rahasia titik tolak asal usul pengetahuan Bangsa Indonesia itu, Soekarno menyodorkan suatu teka-teki mistis “Harta Pusaka Indonesia” atau yang belakangan dihebohkan sebagai “Harta Karun Peninggalan Soekarno”.

Pengungkapan demikian mempunyai tujuan. Tujuan utamanya adalah melindungi Pusaka itu dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab. Bagi yang mempunyai kecondongan tamak dan serakah, pastilah akan mengira kalau ungkapan terselubung itu berkaitan dengan emas, perak dan intan berlian. Jadi, meskipun Soekarno tak pernah menyatakan Harta Pusaka itu sebagai emas dan perak maupun berlian, perkiraan seperti itu muncul belakangan dari orang-orang yang sempat mendengar atau menguping ungkapan Soekarno dan menafsirkannya dengan ketamakan dan keserakahan akan kemaruknya harta dunia. Dan umumnya manusia mengira demikian karena selubung metaforis Soekarno memang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang paham benar dengan karakteristik Soekarno sebagai intelektual lahir dan batin yang membaca banyak buku teknis, sastra, filsafat dan kenal karakteristik dasar seluruh ajaran agama yang ada di Indonesia. Mereka yang tamak dan serakahpun terkecoh dan babak belur dengan korban pertama seorang menteri yang mengaku dapat bisikan paranormal.

Kalau kita lebih jernih menelusuri sejarah hidup Soekarno, sebenarnya menjadi jelas kalau ungkapan Harta Pusaka Soekarno berkaitan dengan JEJAK SEJARAH MANUSIA INDONESIA yang jejak-jejaknya tertera di prasasti-prasasti yang ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu yang tertua adalah prasasti Batu Tulis yang ada di Wilayah Bogor yang sampai hari ini menurut perbincangan arkeolog di situs menyimpan misteri yang belum terpecahkan yaitu misteri TULISAN IKAL. Mengenai tulisan ikal sebenarnya sudah saya singgung di risalah Sangkan Paraning Dumadi : Mengintip Fajar Pulau Jawa dalam cacatan sejarah telah dikenal oleh Cina melalui tulisan pendeta Budha Fa Hsien yang terdampar di “Ya-wa-di” dan tinggal di situ selama 5 bulan setelah berlayar selama 90 hari dari Srilangka menuju Kanton pada tahun 414 M. Menurut catatan Fa-Hsien, belum ada pemeluk agama Budha yang ada adalah pendeta Brahmana, jadi saat itu agama Hindu telah ada di Kawasan Jawa atau Javadvipa.

Kontak resmi Cina dengan Ja-wa secara resmi dimulai di zaman Dinasti Sung (420-479 M) yang pada tahun 435 M menerima utusan Ja-wa-da atau Jawa Dwipa yang diperintah oleh Sri Pa-da-do-a-la-mo. Yang membawa sepucuk surat dan upeti. Negara asal dari utusan raja Jawa Kuno itu seringkali disebut sebagai Holotan yang diidentifikasikan oleh Prof. Slamet Muljana sebagai Areuteun kerajaan tertua di Jawa Barat sebelum masa Taruma. Bahkan kerajaan Holotan ini bisa dikatakan sebagai kerajaan tertua di Jawa, lebih tua dari “Ho-ling” atau Keling di lembah sungai Brantas Jawa Timur. Utusan kerajaan Tarumanegara atau menurut teks Cina To-Lo-Mo datang ke Cina pertama kali pada tahun 528 M, sekitar 100 tahun setelah utusan pertama kerajaan Holotan atau Areuteun tadi. Hubungan Cina dengan Tarumanegara terus berlanjut sampai Tarumanegara ditumbangkan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 686 M. Arus peradaban dan pelayaran pun bergeser ke Sriwijaya di Sumatra dan Holing atau Keling di Jawa Timur.

Jawa Barat merupakan pusat keramaian yang tertua yang tercatat oleh sejarah di Indonesia. Wilayah kerajaan tertua itu diidentifikasi oleh Profesor Slamet Mulyana sebagai Areuteun di muara sungai Ciliwung. Tidak banyak informasi yang tersedia mengenai kerajaan Areuteun yang muncul sekitar tahun 414 M di Jawa Barat sebelum kerajaan Galuh Pakuan pada tahun 686 M. Catatan tentang kerajaan ini diperoleh dari Fa-Hsien seorang Buddha yang terdampar di Jawa dan prasasti Ciareuteun. Namun, sedikitnya sejarawan Indonesia seperti Prof. Slamet Muljana pernah mengulas tentang kerajaan ini yang bukunya sampai hari ini belum saya temukan di toko buku. Jadi, memang sulit sekali seperti aja wajah kerajaan Areuteun ini yang muncul sekitar 272 tahun sebelum galuh Pakuan dengan nama rajanya yang disebut dalam catatan raja-raja Cina sebagai Holotan.

Di Internet topik “Areuteun” atau “Ciareuteun” ditemukan di suatu situs yang nyaris menjadi situs purba sesuai namanya karena nampaknya aktivitas anggotanya sangat rendah, situs itu adalah situs yang rupanya dikelola oleh mahasiswa arkeologi UI. Diskusi tentang Ciareuteun ditemukan sebagai suatu topik yang cukup hangat dibawah sub-judul “Hindu-Budha Archeology” meskipun nampaknya diskusi itu tidak berlanjut. Kutipannya secara ringkas tentang Areuteun antara lain menjelaskan beberapa prasasti yang ditemukan di Kawasan Jabodetabek.

Dalam suatu topik posting yang dipicu oleh nickname “Manchu Pichu” disebutkan bahwa di daerah Ciampea ada beberapa prasasti. Lahan tempat prasasti-prasasti ini ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.

Transkrip diskusi yang dapat ditemui di situs saya lampirkan (berhubung forum di situs tsb mendadak ditutup,jadi saya copy pastekan saja transripnya):

apakah ada yang tahu dimana letaknya prasasti jambu, yaitu prasasti tapak kaki purnawarman…bukan yg di ciaruten..katanya didaerah leuwiliang di bukit koleangkak. tapi orang di daerah leuwiliang tidak ada yg tahu. thx b4

Adapun Prasasti yang di temukan di Sungai Ciareuteun adalah TAPAK KAKI MANUSIA (PURNAWARMAN ) DENGAN DUA JENIS TULISAN, YAITU SANSEKERTA DAN ‘IKAL’ SERTA BEBERAPA GAMBAR SEPERTI LABA-LABA. Kedua prasasti ini letaknya tidak berjauhan dengan jarak lebih kurang 300 m (mohon dikoreksi). Jadi yang dimaksud prasasti Jambu adalah prasasti Tapak Kaki Gajah. Disebut Prasasti Jambu, karene letaknya yang berada di Desa Jambu.

Kemudian, di muara sungai (pertemuan dua sungai) Cianteun (mohon dikoreksi) juga ada Prasasti dengan HURUF IKAL. Letaknya masih berada di Sungai (sebagian batu tempat prasasti dipahatkan terendam air sungai), sedangkan prasasti Ciereuteun sudah dipindahkan lebih kurang 70 m ke dataran yang lebih tinggi (sekarang berada di dalam cungkup). Jarak kedua prasati ini lebih kurang 500 m (mohon dikoreksi).

Semoga ini bisa membantu (juga koreksi untuk posting ismanujev sebelumnya)

Didaerah Ciampea ada beberapa prasasti. Lahan tempat prasasti-prasasti ini ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.

Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah “kota pelabuhan sungai” yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.

Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.

Prasasti-prasati itu antara lain:

Prasasti Pasir Muara

Prasasti ini ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :

ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda

Terjemahannya menurut Bosch:

Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.

Karena angka tahunnya bercorak “sangkala” yang mengikuti ketentuan “angkanam vamato gatih” (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi (catatan penulis: nabi Muhammad lahir tahun 571 M).

Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun Museum Sejarah Jakarta

Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Sungai Ciaruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Sungai Cisadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:

vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam

Terjemahannya menurut Vogel:

Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.

Selain itu, ada pula gambar sepasang “pandatala” (jejak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan fungsinya seperti “tanda tangan” pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama “Rajamandala” (raja daerah) Pasir Muhara.

Prasasti Telapak Gajah

Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:

jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam

Terjemahannya:

Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.

Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguasa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah (an-Nahl).

Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai “huruf ikal” yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan) *asy Syams-al-Qamar). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Tarumanagara dan ukiran sepasang “bhramara” (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala “kemudaan” nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.

Prasasti lain

Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:

shriman data kertajnyo narapatir – asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam – padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam – bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.

Terjemahannya menurut Vogel:

Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.

Salah satu misteri yang belum diungkapkan dari temuan prasasti Ciareuteun di Jawa Barat yang menarik perhatian saya adalah tulisan atau simbol yang disebut huruf ikal. Saya kemudian melakukan posting yang berkaitan dengan tulisan Ikal dan prasasti Ciareuteun dari Jabar sehubungan dengan simbol-simbol Indra, Petir, Gajah, Teratai, Laba-laba dan Lebah yang tertera pada prasasti yg di temukan di Jabar.

Saya secara teknis akademis bukan arkeolog , tetapi melihat topik diskusi yang berkaitan dengan Tulisan Ikal dan Prasasti Ciareuteun dari Jabar yang berlaitan dengan simbol-simbol Indra, Petir, Gajah, Teratai, Laba-laba dan Lebah yang tertera pada prasasti yg di temukan di Jawa Barat.

Sebenarnya saya mempunyai suatu spekulasi yang muncul dari kemungkinan historis adanya transmisi pengetahuan dari wilayah India, Jawa, ke Mediterania, dan akhirnya berujung kembali di wilayah asalnya yaitu Aleksandria tempat dimana Perpustakaan Terlengkap di Dunia pernah Berdiri dan 9 pemikir Agung menekuni sains. Khususnya berkaitan dengan simbol-simbol agama Siwa Budha dan Islam yaitu simbol Asy Syams (Matahari), Petir (Ar Rad), al-Qamar (Bulan), Lebah (an-Nahl), laba-laba dan Gajah sebagai tunggangan Dewa Indra (Raa, atau Matahari), Bunga Sidrath atau Lotus Tree dengan simbol-simbol dari Mesir.

(tambahan saya: Jadi, gajah tunggangan Dewa Indra sejatinya simbolisme Ganesha atau Gajah sebagai lambang ilmu pengetahuan dimana dua gading gajah menunjukkan makna ilmu pengetahuan bagai gading yang mudah retak dan siapapunyang tak mampu menjaganya akan dililit oleh belalai Si Gajah sebagai suatu ungkapan simbolik metaforik bahwa ilmu pengetahuan adalah netral, baik dan buruknya tergantung pada manusia yang mengimplementasikannya)

Transkrip tulisan ikal itu mungkin bukan tulisan tetapi simbologi Indra Maya sebagai realitas The matrix yang menjadi asal usul penulisan seluruh sistem huruf-huruf yang ada di dunia khususnya sistem dengan 5, 20 (jawa), 22 (Phoenicia), 26(Latin), dan 28 huruf (hiajiah) (saya tak tahu jumlah huruf Sansekerta). Jadi boleh jadi huruf palawa, sansekerta, jawa atau tulisan di Kawasan Asia juga sama asal usulnya dengan simbol dasar tulisan yang muncul di Mediterania khusunya Phoenicia, Aramaik, Yunani, Arab, Hebrew dan lain-lainnya.

Konsep dasar Indra Maya adalah teori Bilangan Euclids yaitu bilangan sempurna 6=1+2+3 dengan pemodelan 9696 :

· 9 adalah simbol realitas yang tercitra di akal pikiran,

· 6 adalah bayangan realitas di retina mata manusia,

· 9 adalah tampilan fenomena realitas benda-benda di bawah naungan sinar matahari,

· 6 adalah simbol kelahiran Sang Waktu alias Matahari itu Sendiri sebagai Indra.

Prasasti yang mencetak simbol tersebut menyembunyikan arti bahwa cikal bakal kerajaan Kuno di Tanah Sunda adalah seorang raja yang menguasai ilmu pengetahuan dengan transmisi yang berasal dari Yunani Kuno, Mesir, India dan Cina.

Sampai sejauh ini saya masih berspekulasi atas kemungkinan diatas karena kurangnya literatur yang kompeten atau tidak tahu sama sekali karena bidang saya bukan arkeologi. Untuk itu saya membuat tulisan yang lebih banyak saya warnai dengan gaya berkisah karena kurangnya dasar-dasar ilmiah yang dapat dipercaya kecuali penggunaan sejarah dan hubungannya dengan model fisika kuno yaitu Teori Bilangan Euclids untuk menjelaskan fenomena penampilan Kekuasaan Tuhan di muka Bumi yang sebenarnya ungkapan dan simbolnya ada di Al Qur’an dan mungkin kitab Siwa Buda (saya bukan beragama Budha tetapi Islam, jadi tidak tahu persis apa isi kitab penganut Siwa Budha).

Beberapa sejarah Kuno seperti di Cirebon menyebutkan bahwa raja pertama Tarumanegara adalah Adimulya, sebenarnya namanya adalah Adam Awlia sebagai simbolisme manusia yang menciptakan sistem huruf dan hitungan yang tidak lain adalah Nabi Adam a.s. Ajarannya muncul dari transmisi ajaran Ofirisme Phytagorean dimana yang menjadi landasan adalah hukum-hukum fisika yang berkaitan dengan pemantulan atau difraksi cahaya diatas cermin yang dikemudian hari digunakan sebagai model eksperimen Isaac Newton.

Bentuk huruf atau simbol Ikal, saat ini masih saya bayangkan berbentuk seperti tulisan 6 atau 9 yang saling bergulung atau 69 dengan lingkaran O yang makin membesar dari suatu titik pusat. Bentuknya memang akhirnya mirip OBAT NYAMUK yang kita kenal sekarang. Dan sejatinya memang yang kita sebut angka 6 atau 9 itu sejatinya bukan bilangan, namun simbolisme pertama kali ketika manusia Adam menyadari bentuk tampilnya Kekuasaan Tuhan yang tidak lain Simbol Siwa-Buda yaitu seperti bilangan 3. Dalam legenda Cirebon di sebut Walang Sungsang. Simbol 3 kemudian dalam ajaran Islam dinyatakan sebagai simbolisme penampilan Allah, Ar-Rahmaan, Ar-rahiim sebagai 3 Ism Agung dengan simbol geometris bidang segi 3.

Lantas bilangan pun kemudian disesuaikan dengan citra penampilan dan perasaan yang muncul 1+2+3=6, 2+3+4=9, lahirlah sistem bilangan dengan rujukan akhir 1+2+3+4=10, 10 jari tangan kita. Bilangan 6 disebut bilangan sempurna, sedangkan bilangan 3 disebut bilangan yang menjadi Pembagi Agung alias 3 Ism Agung.

Bilangan-bilangan lainnya muncul dengan mengalikan secara berturutan sebanyak 3 kali, 2x2x2=8, 3x3x3=27, 4x4x4=64=8×8 yang ternyata menthok ketika disandingkan dengan geometri dan disebut anomali runtuhnya papan catur Brahmana India. Bilangan kita ternyata hanya akurat sampai hitungan ke 7 kuadrat yaitu 7×7=49 alias Muthaa alias 7 langit bumi. Yang meruntuhkan adalah Si Bintang penembus yang disebut Ahmad nama kecil Nabi Muhammad SAW yang tidak lain adalah ADHI BUDHA atau Budha Yatim Piatu dengan cara memotong papan catur menjadi 4 bagian sehingga didapati bahwa 8×8=64 ternyata bisa menjadi 13×5=65, darimana angka 1 ini muncul? (silahkan cari jawabannya, hint nya buatlah kotak 8×8=64 yaitu kotak papan catur. Buat 3 garis dengan koordinat 0,5 dan 5,3 ; 5,8 dan 5,0 ; lalu garis ketiga 3,0 dan 8,8 dengan catatan sumbu matrisk 8×8 nya dimulai dengan angka 0; kemudian potonglah dengan mengikuti garis tersebut dan susun ulang dengan posisi membuat segi empat 13×5=65 kotak, jadi begitulah kenapa memori komputer hanya berupa kelipatan 64).

Mudah-mudahan postingan saya ini tidak membuat para ahli arkeologi puyeng karena secara tidak langsung saya mengaitkan temuan budaya dengan agama yang ada di Indonesia sejak dulu sampai hari ini yaitu Hindu, Budha, dan Islam dan mungkin juga Yuddeo Kristen yang sudah campur sari.
[Sumber : wendymb.wordpress.com]

CERITA MENARIK TENTANG KATA "MERDEKA"

Kita semua paham bahwa merdeka artinya bebas dari penjajahan. Kata yang berasal dari bahasa Sansekerta ini sudah jelas didefenisikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Namun ada kisah menarik tentang kata "Merdeka" ini yang saya share dari Kompas tahun 2008 lalu. Berikut ulasannya. Semoga menambah wawasan anda.

JAUH sebelum proklamasi kemerdekaan republik ini, kata ”merdeka” sudah menjadi slogan sebuah koran di Medan, Sumatera Utara. Belum ada satu koran pun yang berani menyatakan slogan kemerdekaan saat itu. Namun, Benih Merdeka sudah memulainya di Medan tahun 1916.
 
Dua pegawai beraktivitas di ruang utama percetakan Sjarikat Tapanoeli. Percetakan yang pernah berjaya sebelum era kemerdekaan ini tetap beroperasi. Sjarikat Tapanoeli kini mencetak kartu undangan, faktur, dan dokumen kantor lain.

Kata ”merdeka” bahkan menjadi nama surat kabar harian yang pada awal penerbitannya dipimpin Mohammad Samin. Benih Merdeka bukan saja nama sebuah koran, melainkan juga menjadi awal tersebarnya semangat pembebasan dari belenggu penjajah.

Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari mengatakan, Benih Merdeka menjadi pelopor penanaman ideologi kemerdekaan kepada pembacanya sebelum proklamasi.

Dari hasil penelitiannya, periode 1885-1942 terdapat 133 media cetak terbit di Sumut. Hanya Benih Merdeka yang dengan tegas mencantumkan kata ”merdeka”. Terbitnya Benih Merdeka di Medan sekaligus membuktikan sejarah perlawanan penjajahan tidak terpusat di Jawa saja. Di Sumatera Utara, perlawanan melalui pers berlangsung seru.

Dalam semboyannya, Benih Merdeka menyatakan sebagai koran Orgaan Oentoek Menoentoet Keadilan dan Kemerdekaan. Koran ini telah berjuang untuk kemerdekaan sejak 29 tahun lebih awal dari proklamasi. Pada September 1919, Benih Merdeka memuat pantun seorang penulis dengan nama samaran Van Arde. Pantun itu berbunyi ”Hindia bukan tanah wakaf, Hindia bukan nasi bungkus, Hindia bukan rumah komedi”.

Akibat pemuatan pantun ini, Pemerintah Belanda marah. Belanda memerkarakan Mohammad Yunus yang menjadi pimpinan saat itu. Muhammad To’ Wan Haria dalam bukunya, Sejarah Perjuangan Pers Sumatera Utara, menulis, pemerintah kolonial menilai Benih Merdeka melanggar ranjau pers. Namun, delik ini kandas karena tuduhan pelanggaran pers kepada Benih Merdeka tidak terbukti.

Surat kabar ini tetap terbit setiap hari, kecuali hari Senin, Jumat, dan Minggu. Koran ini dijual dengan harga 2,5 gulden per tiga bulan. Sebagaimana media cetak umumnya, koran ini juga memuat iklan aneka produk, salah satunya iklan buku. Dalam edisi Selasa 2 Juli 1918, Benih Merdeka mengiklankan sebuah buku Sekoentoem Boenga Jang Bermala. Dalam iklannya dibumbui dengan kalimat Satoe tjerita jang penting soedah terdjadi di Sumatra Timoer.

Buku yang diiklankan ini jelas bercerita tentang keadaan yang berkembang di Sumatera Timur (saat ini terdiri atas Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, dan Asahan, Labuhan Batu). Iklan ini sekaligus bukti pembaca koran ada di kawasan Sumatera Timur.

Meski banyak dibaca di Sumatera Timur, Benih Merdeka terbukti menjadi pelopor di seluruh wilayah Sumut. Kata ”merdeka” selanjutnya dipakai penerbit koran lain. Berdasarkan data dari Museum Pers Sumatera Utara, di Padang Sidimpuan pada 1919 terbit surat kabar Sinar Merdeka. Koran ini dipimpin oleh Parada Harahap yang kemudian dikenal sebagai tokoh pers. Dalam dua tahun penerbitannya, 12 kali Pemerintah Belanda memperkarakan tulisan koran ini.

Hukuman

Parada Harahap menerima hukuman. Sekitar tujuh bulan lamanya dia keluar masuk penjara. Parada selanjutnya bergabung dengan koran Benih Merdeka yang berubah namanya menjadi harian Merdeka. Kata ”merdeka” pada awal kemerdekaan selanjutnya menjadi nama surat kabar Soeloeh Merdeka terbitan Medan. Koran yang dipimpin Jahja Jakoeb ini sebelumnya bernama Soematera Baroe.

Sejarah perjuangan pers di Sumut ikut melahirkan tokoh pers nasional, di antaranya Parada Harahap, Adinegoro, Mohammas Said, Mohammad Samin, dan Dja Endar Muda. Mereka benar-benar menjadi pejuang pers ketika Indonesia belum merdeka. Tulisan-tulisan mereka membuat telinga petinggi Belanda memerah.

Pada tahun 1931, Pemerintah Hindia Belanda berusaha mengekang perkembangan pers di Nusantara. Gubernur Jenderal Hindia Belanda J de Jonge pada 7 September 1931 mengeluarkan aturan pemberangusan pers. Aturan itu kemudian dikenal dengan Persbreidel Ordonnantie. Salah satu keputusannya menyebutkan, seorang gubernur jenderal bisa melarang penerbitan media dengan alasan tertentu. Aturan ini termuat dalam Javasche Courant pada 11 September 1931 dan berlaku esok harinya setelah larangan itu termuat.

Langkah Pemerintah Hindia Belanda itu tidak lain untuk menjinakkan surat kabar, termasuk di Sumut. Jumlah 133 media cetak yang terbit di Sumut dalam kurun waktu 57 tahun merupakan hal yang luar biasa. Tradisi intelektual ini justru tumbuh jauh dari pusat konsentrasi Belanda di Jawa.

Sebagian media cetak yang terbit di Sumut sebelum kemerdekaan mewakili aneka ragam suku bangsa. Berikut ini sejumlah nama koran yang mewakili suku bangsa periode 1885-1942: Deli Courant, Pewarta Deli, Soeara Tapanuli, Poesaka Karo, Soeara Batak, Soeara Bondjol, Mandailing, Tjin Po, Hoa Kiaw, dan Soeara Djawa.

Terbitnya koran-koran ini sekaligus juga menepis anggapan miring kepada kelompok suku tertentu. Soeara Djawa, Tjin Po, dan Hoa Kiaw menegaskan bahwa bangsa Jawa dan Tionghoa yang ada di Medan dan sekitarnya bukan hanya sebagai kuli kontrak.

”Tradisi intelektual mereka terbukti berkembang saat perkebunan tembakau mencapai kejayaan,” katanya.

Maraknya penerbitan surat kabar di Medan dan Sumut umumnya tidak lepas dari berkembangnya industri perkebunan di pesisir timur. Surat kabar ”angkatan pertama” lahir dari pendanaan tauke tembakau.

Yang pertama

Surat kabar pertama kali yang terbit di Medan waktu itu bernama Deli Courant. Surat kabar berbahasa Belanda ini dipimpin Jacques Deen yang terbit pertama kali pada 18 Maret 1885.

Abdurrachman Surjomihardjo dan Leo Suryadinata dalam buku Sejarah Pers Indonesia menyebut Deen sebagai seorang miliuner tembakau Deli. Lima tahun berikutnya muncul Sumatra Post yang juga berbahasa Belanda. Keduanya bersaing merebut pembaca sampai menurunkan harga koran.

Mereka memasukkan Deli Courant dan Sumatra Post sebagai surat kabar Belanda tipe C. Surat kabar kategori ini mempunyai tiras 2.000 sampai 3.000 eksemplar per hari.

Dalam perkembangannya, pers berbahasa Melayu mulai muncul tahun 1902 di Medan. Adalah Pertja Timor yang mengawali surat kabar berbahasa Melayu meskipun dicetak di percetakan milik orang Belanda bernama J Hallerman. Koran ini terbit setiap hari Senin dan Kamis dengan Pemimpin Redaksi Mangaradja Salembuwe.

Dalam penerbitannya, surat kabar ini pernah membuat Sultan Maimoen Al Rasyid marah. Salembuwe mengkritik investasi asing besar-besaran di tanah Deli. Dia menggambarkan adanya ketidakadilan dalam investasi ini.

Hasil investasi ini salah satunya untuk membangun Gedung Kerapatan nan megah. Tulisan ini mendorong sultan mendatangi Kantor Pertja Timor untuk menemui penulisnya. Sayangnya, jejak gedung kerapatan kini hanya tinggal puing menara di Jalan Brigjen Katamso, Medan.

Jejak sejarah pers Sumut sayangnya tidak pernah tersimpan rapi di satu tempat. Sejarawan Ichwan Azhari bahkan banyak menemukan koran lama dalam bentuk aslinya di Belanda. Di Medan, sebagian data itu tersimpan di Museum Pers Sumut, Jalan Sei Alas Nomor 6.

Betapa berharganya lembaran-lembaran koran. Dari sana sebuah cerita perjuangan kemerdekaan bangsa terekam. Sebagaimana kehadiran jurnalisme untuk kepentingan demokrasi.

CERITA DI BALIK 17 AGUSTUS 1945

Tujuh belas Agustus merupakan hari besar kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, 64 tahun yang lalu merupakan hari paling bersejarah negeri ini karena di hari itulah merupakan awal dari kebangkitan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan sekaligus penanda awalnya revolusi. Namun, ada beberapa hal menarik seputar hari kemerdekaan negeri kita tercinta ini yang sayang jika belum Anda ketahui.

1. Soekarno Sakit Saat Proklamirkan Kemerdekaan
Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sblm pembacaan teks Proklamasi), ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Saat itu, tepat di tengah2 bulan puasa Ramadhan.

“Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dr Soeharto, dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta.

Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. “Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya; masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…

2. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana
Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti selama lebih dari 300 tahun!
 
Pengibaran bendera usai proklamasi 17 Agustus 1945
 
 
3. Bendera dari Seprai
Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!

4. Akbar Tanjung Jadi Menteri Pertama “Orang Indonesia Asli”
Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar “orang Indonesia asli”. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. “Orang Indonesia asli” pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan (1988-1993).

5. Kalimantan Dipimpin 3 Kepala Negara
Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).

6. Setting Revolusi di Indonesia Diangkat Ke Film
Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, “Tahun Vivere Perilocoso” (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film – dalam bahasa Inggris; “The Year of Living Dangerously”. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan Australia yg ditugaskan di Indonesia pada 1960-an, pada detik2 menjelang peristiwa berdarah th 1965. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!

7. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah
Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik.Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.

8. Soekarno Memandikan Penumpang Pesawat dengan Air Seni
Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang.

9. Negatif Film Foto Kemerdekaan Disimpan Di Bawah Pohon
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?

10. Bung Hatta Berbohong Demi Proklamasi
Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi.

Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Dandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya.”You are a liar !” ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru.

11. Bendera Merah Putih dan Perayaan Tujuh Belasan Bukan di Indonesia Saja
Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960. Selain itu, masih menjadi perdebatan apakah lagu Indonesia Raya benar-benar merp karya asli WR Supratman, ataukah ‘terinspirasi’ oleh lagu Perancis, “Les Marseilles”, yg memiliki nada2 yg sangat mirip.

12. Tidak Ada Nama Jalan Soekarnp-Hatta
Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada “Jalan Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka.

13. Gelar Proklamator Hanyalah Gelar Lisan
Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka.

14. Indonesi Mungkin Saja Punya Lebih Dari Dua Proklamator
Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari dua” proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat dini hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya.
Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. “Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.

15. Jenderal Soedirman Tidak Pernah Duduki Jabatan Resmi
Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun! (sab/foto: blog)

TERNYATA BUMI KITA SEMAKIN GENDUT

Bumi semakin besar di bagian khatulistiwa. Fakta itu terungkap dari penelitian terhadap data yang dikumpulkan oleh satelit Gravity Recover and Climate Experiment (GRACE) milik NASA dan German Space Agency. Disebutkan, bertambahnya penumpukan di khatulistiwa itu disebabkan oleh mencairnya lapisan es di Greenland dan Antartika.

Menurut Steve Nerem, ilmuwan asal University of Colorado, Amerika Serikat, hingga 22 ribu tahun lalu, es hingga beberapa kilometer menyelimuti sebagian besar belahan utara Bumi. Berhubung tekanan akibat bobot dari es di daratan telah berkurang karena mencair, tanah di bawahnya telah memantul dan menyebabkan Bumi menjadi lebih lonjong. “Mirip dengan spons, dan dibutuhkan waktu yang cukup lama agar Bumi kembali ke bentuk asalnya,” kata Nerem.
 
Sebagai informasi, sejak awal, planet Bumi memang tidak bulat sempurna. Akibat perputaran rotasinya, air di permukaan Bumi lebih banyak terkumpul di kawasan khatulistiwa dibandingkan dengan di kutub.

Para ilmuwan sendiri mengamati terjadinya "penyusutan lemak"di lingkar khatulistiwa. Akan tetapi, kemudian
terjadi perubahan. Di sekitar pertengahan 1990-an, diketahui bahwa tren telah berbalik dan Bumi kembali tambah gendut di lingkar pinggangnya, sama seperti bola yang ditekan dari atas dan bawahnya. Namun mereka tidak memiliki alat untuk memastikan mengapa hal itu bisa terjadi, hingga baru-baru ini.

Dengan GRACE, peneliti dapat menguji coba teori yang menyatakan bahwa hilangnya es merupakan faktor pengubah bentuk planet Bumi. GRACE mengambil gambar dari permukaan Bumi setiap 30 hari sehingga memungkinkan peneliti memantau perubahan massa es terhadap perubahan gravitasi. Jadi, jika ada perubahan terhadap bentuk Bumi, maka akan ada perubahan terhadap distribusi massa. Akibatnya, medan gravitasi juga berubah.

Peneliti menemukan, mencairnya gletser di Greenland dan Kutub Selatan merupakan kontributor terbesar terhadap membengkaknya "lingkar pinggang" Bumi karena banyak air yang dibawa ke khatulistiwa. Menurut data, dua belahan Bumi kehilangan 382 miliar ton es per tahunnya. Berkurangnya beban yang perlu ditanggung benua memungkinkan tanah untuk naik dan membuat planet menjadi lebih bulat, namun proses ini membutuhkan waktu ribuan tahun. Sementara itu, pertumbuhan ketebalan di khatulistiwa mencapai 0,7 sentimeter per dekade.

Saat ini, kata Nerem, radius planet Bumi 21 kilometer lebih besar di khatulistiwa dibandingkan di kutub. Artinya, titik paling jauh permukaan Bumi dari inti Bumi bukanlah di puncak gunung Everest, melainkan di puncak gunung berapi di Ekuador yang lebih dekat ke khatulistiwa. [national geograpihic]

 

CARA ILMUWAN MENENTUKAN USIA FOSIL

Fosil itu berusia ribuan tahun katanya. Para ilmuwan menentukan usia sebuah fosil tentunya tidak seenak udelnya. Perlu penelitian ilmiah dan pengkajian yang mendalam. Berikut share artikel dari Faktailmiah.com tentang bagaimana para ilmuwan dalam menentukan usia benda-benda purbakala tersebut

Tanpa waktu yang tepat, para peneliti tidak dapat merekonstruksi kronologi yang handal mengenai kapan dan bagaimana manusia berevolusi. Teknik penentuan waktu modern memungkinkan ilmuan untuk mengatakan, dengan hanya celah kesalahan 20 ribu tahun, kalau Lucy hidup 3,18 juta tahun lalu. 

Bahkan bila 20 ribu tahun terasa besar, ia bukanlah besar bila dibandingkan dengan ukuran jutaan tahun. Sungguh, dalam waktu geologis, waktu ini sangat teliti. Sedikit saja dari metode ini menentukan waktu dari fosil itu sendiri; sebagian besar menentukan waktu lapisan batuan sekitarnya di atas dan dibawah fosil. Para peneliti menggabungkan dua metodologi untuk menentukan usia lapisan-lapisan ini: pewaktuan relatif dan pewaktuan mutlak.

Pewaktuan relatif menyusun barisan lokasi, peristiwa, atau artefak dalam urutan kronologis dari yang tertua ke yang termuda, tanpa memberikan waktu. Aturan yang berguna adalah Hukum Superposisi, yang menyatakan kalau benda yang ditemukan di lapisan bawah pasti lebih tua dari yang ditemukan di lapisan atas. Aturan ini berlaku sejauh lapisan-lapisan tidak bergeser, faktor yang dapat ditentukan lewat paleomagnetisme. Biostratigrafi adalah teknik pewaktuan relatif yang menggunakan barisan perubahan evolusi pada hewan seperti pengerat untuk menentukan waktu. 

Pengerat adalah alat ukur yang berguna karena mereka memiliki rentang generasi singkat dan menampilkan perubahan evolusi lebih cepat daripada hewan lain. Karena ada lebih banyak bentuk pengerat, waktu dapat ditentukan dengan lebih teliti.
 

 

Pewaktuan mutlak memberikan usia pada sebuah spesimen, biasanya dengan rentang kesalahan tertentu. Salah satu teknik yang paling umum adalah pewaktuan radioaktif. Teknik ini menggunakan laju peluruhan isotop radioaktif untuk menentukan seberapa lama di masa lalu benda tersebut terbentuk. Isotop radioaktif meluruh seiring waktu dengan kecepatan relatif konstan, yang disebut waktu paruh (half life). Half-life mengukur seberapa lama waktu diperlukan separuh isotop radioaktif untuk meluruh menjadi bentuk s tabil. Tiap peluruhan isotop radioaktif meluruh dengan laju berbeda. Sebagai contoh, peluruhan isotop karbon 14 memiliki laju lebih cepat daripada potasium 40, namun semua peluruhan karbon 14 kecepatannya sama.

Pewaktuan potassium argon menggunakan isotop radioaktif potasium 40. Potasium alaminya meluruh menjadi gas argon. Kedua unsur ini (bersama yang lainnya) terkandung dalam batuan gunung berapi. Ketika batuan tersebut meleleh, ia melepaskan gas seperti argon ke atmosfer. Saat ia mendingin dan mengeras, batuan vulkanis menjebak gas-gas kedalam kristal-kristal kecil. Potasium 40 terus meluruh menjadi gas argon, namun gasnya tidak dapat lari dari batuan. Ahli geologi dapat melelehkan batu tersebut dan mengukur gas argon yang terlepas, yang akan menentukan seberapa lama waktu telah berlalu semenjak batu tersebut meleleh.

Cara kerja pewaktuan radioaktif

Waktu paruh potasium 40 adalah 1,3 miliar tahun. Karena perlu setidaknya 200 ribu tahun agar ada cukup gas argon untuk menumpuk dan memungkinkan pengukuran yang akuraat, teknik potasium-argon digunakan untuk menentukan waktu benda yang lebih tua. Pewaktuan radiokarbonmenggunakan karbon 14, yang memiliki waktu paruh hanya 5730 tahun; ia hanya mampu menentukan usia benda yang paling tua berusia 50 ribu tahun. Teknik pewaktuan mutlak lainnya mencakup termoluminesens dan resonansi spin elektron.

Baik teknik relatif maupun mutlak harus digunakan untuk menentukan usia fosil. Menggunakan metode potasium-argon, para peneliti menentukan lapisan yang diatas spesimen Lucy berusia 2,95 juta tahun dan dibawahnya berusia 3,18 juta tahun. Pewaktuan relatif menunjukkan kalau Lucy berada di antara kedua waktu tersebut, dan lebih dekat ke 3,18 juta tahun.

Senin, 01 Agustus 2011

AMALAN-AMALAN SUNNAH DI BULAN SUCI RAMADHAN

Selain puasa yang Allah wajibkan pada bulan Ramadhan ada berbagai amalan yang disunahkan pada bulan ini di antaranya:

1. Mengkhatamkan Al-Qur’an
Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Pada bulan inilah Al-Qur’an pertama kali turun dari lauhul mahfuz ke langit dunia sekaligus. Allah berfirman:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)(al baqarah: 185)

2. Shalat tarawih
Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang menghidupkan malam bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Sebuah riwayat mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah shalat 11 rakaat, terkadang 13 rakaat atau kurang dari itu. Ketika ditanya tentang shalat malam beliau bersabda: “Dua rakaat dua rakaat, jika seseorang diantara kalian khawatir masuk waktu subuh hendaklah shalat satu rakaat witir.”

3. Memperbanyak doa
Orang yang berpuasa ketika berbuka adalah salah satu orang yang doanya mustajab. Oleh karenanya perbanyaklah berdoa ketika sedang berpuasa terlebih lagi ketika berbuka. Berdoalah untuk kebaikan diri kita, keluarga, bangsa, dan saudara-saudara kita sesama muslim di belahan dunia.

4. Memberi buka puasa (tafthir shaim)
Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan ifthar (berbuka) bagi mereka yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir korma sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:” Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun”. (Bukhari Muslim)

5. Bersedekah
Rasulullah Saw. bersabda: “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan” (HR. Tirmizi).
Dan pada akhir bulan Ramadhan Allah mewajibkan kepada setiap muslim untuk mengeluarkan zakat fitrah sebagai penyempurna puasa yang dilakukannya.

6. I’tikaf
I’tikaf adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah. I’tikaf disunahkan bagi laki-laki dan perempuan; karena Rasulullah Saw. selalu beri’tikaf terutama pada sepuluh malam terakhir dan para istrinya juga ikut I’tikaf bersamanya. Dan hendaknya orang yang melaksanakan I’tikaf memperbanyak zikir, istigfar, membaca Al-Qur’an, berdoa, shalat sunnah dan lain-lain.

7. Umroh
Ramadhan adalah waktu terbaik untuk melaksanakan umrah, karena umroh pada bulan Ramadhan memiliki pahala seperti pahala haji bahkan pahala haji bersama Rasulullah Saw. Beliau bersabda: “Umroh pada bulan Ramadhan seperti haji bersamaku.”

8. Memperbanyak berbuat kebaikan
Bulan Ramadhan adalah peluang emas bagi setiap muslim untuk menambah ‘rekening’ pahalanya di sisi Allah. Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi dikatakan bahwa amalan sunnah pada bulan Ramadhan bernilai seperti amalan wajib dan amalan wajib senilai 70 amalan wajib di luar Ramadhan. Raihlah setiap peluang untuk berbuat kebaikan sekecil apapun meskipun hanya ‘sekedar’ tersenyum di depan orang lain. Ciptakanlah kreasi dan inovasi dalam berbuat kebaikan agar saldo kebaikan kita terus bertambah.
“dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa memanfaatkan momentum Ramadhan untuk merealisasikan ketakwaan diri kita dan bisa meraih predikat “bebas dari neraka.”.  [terselubung.blogspot.com]

Anger Management ala Rasulullah SAW

Oleh: Dwindria Dini

Siapakah orang yang paling kuat itu? siapakah para pemenang itu? Nabi Muhammad SAW mempunyai versi sendiri tentang hal ini. Dalam sebuah hadis  diriwayatkan ”Orang yang yang paling kuat bukanlah orang yang dapat mengalahkan orang lain dengan kekuatannya, tetapi orang yang mampu mengendalikan amarahnya.” (HR  Bukhari)

Apabila seseorang mampu mengendalikan kemarahan, maka bisa dipastikan orang tersebut sangat istimewa. Pernahkah kita mendengar kisah Nabi Muhammad yang murka akibat dilecehkan? Bahkan ketika dengan rutin beliau dilempari kotoran oleh seorang Yahudi, dan kemudian si Yahudi lama menghilang karena sakit, Nabiullah pergi menjenguknya tanpa amarah sedikitpun di dalam dada.

Pun ketika beliau sedang shalat dan diserang oleh seseorang yang membencinya, beliau memilih untuk meneruskan shalat dan bukan menyerang balik. Kontrol emosi manalagi yang lebih sempurna dari itu semua?
Seorang laki-laki pernah menghadap Nabi Muhammad dan meminta nasihat. Ia berkata, ”Nasihati aku.” Nabi SAW bersabda, ”Jangan mudah marah.” Orang itu berkata lagi beberapa kali dan Nabi bersabda, ”Jangan mudah marah.”
Mengapa Nabi Muhammad Saw meyarankan hal ini? Tentu bukan tanpa alasan. Dari sisi medis ternyata orang yang mudah marah gampang terkena penyakit. Di dalam darah orang marah terkandung banyak hormon adrenalin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya adalah denyut jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah meninggi, keadaan ini yang mengakibatkan penyakit mudah datang.
Subhanallah. ”Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’:107)
Namun amarah adalah sangat manusiawi. Apabila amarah telah datang menghampiri, maka Islam menawarkan cara-cara menghadapinya:

Membaca Ta'awwudz.
Rasulullah bersabda "Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu "A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim" "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk" (H.R. Bukhari Muslim).
Berwudlu
Rasulullah bersabda "Kemarahan itu itu dari setan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah" (H.R. Abud Dawud).
Duduk
Dalam sebuah hadis dikatakan"Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah" (HR Abu Dawud).
Diam
Dalam sebuah hadis dikatakan, "Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah" (HR Ahmad).
Bersujud
Artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadis dikatakan "Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud)." (HR Tirmidzi)

Dengan meneladani Rasulullah SAW, semoga kita diberi kekuatan untuk bisa mengelola energi negatif ini. Wallahualam
*) Penulis adalah sahabat Republika Online, Tinggal di Balikpapan

Hakikat Takut kepada Allah

Oleh: Imron Baehaqi Lc

Kalau dinasihati untuk jangan melakukan kejahatan, karena semua perbuatan dicatat malaikat, tetap saja kejahatan demi kejahatan dilakukan. Akan tetapi kalau ada tanda peringatan bahwa kamera CCTV memantau Anda, barulah  takut untuk berbuat salah.

Masih banyaknya manusia yang melakukan kejahatan dan kemaksiatan adalah disebabkan oleh tingkatan imannya  yang masih rendah dan belum mencapai kepada tahap keyakinan total kepada perkara-perkara yang gaib. Seseorang lebih takut kepada CCTV yang memantaunya secara temporer dan kondisional daripada takut kepada malaikat pencatat amal yang memantaunya setiap saat, tanpa batas waktu, dan tempat; malaikat.

Orang lebih menjaga dari perilaku kejahatan atau perbuatan dosa yang apabila diketahui oleh publik akan menimbulkan efek yang tidak menguntungkan bagi pelakunya. Seseorang akan merasa lebih takut apabila dosa dan kejahatannya itu diketahui oleh orang lain, daripada takut diketahui oleh Allah.

Namun, adanya rasa malu pada jiwa seseorang disebabkan perbuatan dosanya diketahui oleh orang lain masih lebih baik daripada melakukan dosa atau kejahatan secara terang-terangan, tanpa rasa malu. Karena perasaan malu mengindikasikan adanya keimanan pada diri orang tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, "Malu itu adalah cabang daripada iman." (HR Bukhari).

Hakikatnya, iman yang kuat akan mendorong seseorang untuk lebih bertaqwa atau takut kepada Allah, sehingga segala godaan untuk melakukan laranganNya dan godaan untuk meninggalkan perintahNya dapat dikalahkan.  Sebaliknya iman yang lemah akan menjadikan seseorang lebih liar, dan bahkan rasa takutnya kepada Allah dapat dilumpuhkan oleh selainNya, sehingga segala rayuan Syaitan yang datang kepadanya tidak dapat dihindarkan. Perintah agama diabaikan sedangkan larangannya dikerjakan.

Semua kenyataan ini kembali kepada kata kunci atau muaranya, yaitu kualitas iman dan takwa kepada Allah SWT.

Orang-orang yang takut kepada Allah ialah golongan yang selamat dari keinginan untuk melakukan aksi jahat dan berbuat maksiat.  Alquran sudah menegaskan, bahwa orang yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya tidak lain adalah orang-orang yang berilmu. (QSFathir:28)

Diriwayatkan dari Abu Hayyan At-Taimy, bahwa dia berkata, "Orang-orang yang berilmu terdiri dari tiga golongan: Pertama, orang yang mengetahui Allah namun tidak mengenal perintah Allah. Kedua, orang yang mengetahui perintah Allah namun tidak mengenal Allah. Ketiga, orang yang mengetahui Allah dan juga mengetahui perintah Allah."  (Kitabul Iman, Imam Ibn Taimiyah).

Sedangkan Imam Ibn Taimiyah menegaskan, "Selagi seseorang melakukan sesuatu, sementara dia juga mengetahui bahwa sesuatu itu mendatangkan mudharat kepadanya, maka orang seperti ini layaknya orang yang tidak berakal. Sebab, ketakutan kepada Allah mengharuskan ilmu tentang Allah, maka ilmu tentang Allah juga mengharuskan ketakutan kepadaNya. Dan takut kepada Allah harus melahirkan ketaatan kepadaNya. Orang-orang yang takut kepada Allah adalah orang-orang yang mengerjakan perintah-perintahNya serta menghindari segala bentuk larangan-Nya." Wallahu'alam bisshowab.

*Penulis adalah Ketua Bidang Dakwah & Tarjih Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kuala Lumpur

Belajar dari Fatimah RA

Oleh: Abi Muhammad Ismail Halim

Kasih sayang orang tua manakah yang melebihi kasih sayang Rasulullah Muhammad SAW kepada Fatimah RA putrinya.

Seperti dipetik dalam the Stories of Sahabah bahwa Ali RA pernah berkisah kepada murid-muridnya tentang Fatimah, putri kesayangan Rasulullah itu.  “Fatimah biasa mengolah gandum sendiri sehingga kulit tangannya menjadi tebal.  Dia bawakan air untuk keperluan rumah tangganya dengan sebuah kantong kulit sehingga meninggalkan bekas-bekas di kulitnya.  Dia bersihkan sendiri rumahnya sehingga menjadi kotor pakaiannya."

Ketika mendengar para tawanan perang dibawa ke Madinah, aku berkata kepadanya, 'Pergilah kepada Rasulullah dan mintalah pelayan untuk membantumu di dalam pekerjaan rumah tangga.' Dia pun pergi kepada Rasulullah, tetapi menemukan sedang banyak orang di sekelilingnya.  Karena sangat sopan dan rendah hati, Fatimah merasa berat untuk memohon kepada Rasulullah di hadapan orang lain.”

Keesokan harinya Rasulullah datang ke rumah kami dan berkata:  “Fatimah, apa yang menyebabkan engkau datang menemuiku kemarin?”  Fatimah merasa malu dan tetap diam. aku berkata “Ya Rasulullah, kulit Fatimah menjadi tebal dan berbekas karena mengolah gandum dan mengambil air.  Dia selalu sibuk membersihkan rumah sehingga pakaiannya selalu kotor. Saya informasikan kepadanya tentang tawanan perang dan menyarankannya menemuimu untuk meminta seorang pelayan.”

Rasulullah menjawab, “Fatimah, takutlah kepada Allah!  Bertakwalah dan ketika pergi tidur hendaklah kau baca Subhaanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali.  Kau akan merasakan bahwa ini akan lebih membantumu daripada seorang pelayan."  Fatimah berkata,  “Saya bersama Allah dan Rasul-Nya.”

Adalah Rasulullah SAW sendiri yang memberikan teladan dengan selalu ringan tangan membantu anggota keluarganya.  Pantaslah jika Fatimah RA menurutinya.

Bahkan di dalam Khashaish Madrasatin Nubuwah diriwayatkan bahwa Fatimah binti Muhammad telah mengisi seluruh lembaran hidupnya dengan bekerja keras.  Bayangkan saja, di dalam satu waktu, Fatimah sanggup mengolah tepung dengan tangannya, sambil kakinya membuai Husain, mulutnya membaca Alquran, dan matanya menangis karena takut kepada Allah SWT.  Seandainya hidupnya lebih panjang, dan ada peluang untuk melakukan lebih banyak pekerjaan, niscaya akan dihadapinya dengan tegar dan ceria.

Ali RA suaminya pun seorang pekerja keras yang tidak pernah memilih-milih pekerjaan.  Pernah suatu ketika ia terpaksa membantu seorang wanita tua mengangkat 16 ember, demi mendapatkan 1 butir korma untuk setiap embernya, hingga tangannya bengkak-bengkak.  Ketika ditunjukkan hasil pekerjaannya kepada Rasulullah SAW, beliaupun tersenyum, menunjukkan keridhaannya dengan ikut memakan kurma hasil pekerjaannya itu. Wallahu a'lam bish-shawab.


Penulis adalah sahabat Republika di Texas, USA

KISAH MELAKSANAKAN PUASA DI BELAHAN BUMI UTARA : BISA 20 JAM LEBIH SEHARI

Sebentar lagi akan datang bulan suci Ramadan. Semua umat Islam akan menjalankan ibadah puasa. Tidak terkecuali di Negeri Beruang Putih, Rusia. Puasa yang jatuh di musim panas ini bisa berlangsung lebih 19 jam. Mau mencoba?

Apabila tanggal 1 Agustus 2011 nanti benar-benar jatuh sebagai hari pertama puasa tahun 1432 H, maka bumi utara lagi kebagian matahari. Lagi musim panas. Adapun di bagian selatan bumi sedang mengalami musim dingin. Ini artinya, hampir sepanjang hari matahari akan banyak nongol di seputaran Rusia dan hanya terlelap tidur dalam waktu yang amat singkat. Akibatnya, puasa menjadi panjang seperti ular naga dan memungkinkan pelakunya meraup banyak pahala.

Berdasarkan kalender puasa yang baru saja beredar di Moskwa, pada 1 Agustus mendatang, ibukota Rusia sebagai salah satu kota di ujung utara bumi, akan memulai puasa puasa (imsak) dengan pada jam 03.15 dini hari dan buka puasa pada pukul 21.37 malam hari. Hitung punya hitung, para muslimin di Rusia pada hari penuh berkah itu akan menahan lapar dan dahaga pada kisaran 18,5 jam. Atau 6 jam lebih panjang dibandingkan di Indonesia. Hmmm lumayan kan, karena satu hari hanya terdiri dari 24 jam.

Kalau aktivitas ibadah Ramadan di Rusia dibagi-bagi lagi, akan ketahuan adanya tantangan yang sungguh berat. Bayangkan saja, waktu buka puasa jatuh pada pukul 21.30, lalu sholat maghrib dilanjutkan makan malam, maka semua itu baru akan kelar pada pukul 22.30. Istirahat sejenak, kemudian Isya datang pada pukul 23.28 nyaris tengah malam. Nah, bila dirangkaikan dengan sholat tarawih di masjid dengan segala tadarus dan doanya, maka seorang muslim dari Moskwa baru akan sampai rumahnya pada 01.30 dini hari. Lalu tidur sebentar (dua jam) sudah harus bangun lagi untuk sahur.

Bukan hanya itu, pada musim panas maka suhu udara juga naik menjadi sekitar 33 derajat Celcius di siang hari. Tentu saja hal ini menjadikan tenggorokan sangat kering karena udara disana tidak lembab. Pada musim panas tahun 2010, Moskwa mendapatkan udara panas hingga 40 derajat plus kebakaran hutan yang amat akut. Sudah gitu, tidak semua kantor dan perumahan memiliki fasilitas AC. Huh, benar-benar cape deh.

Ya, diatas hal tersebut, semua akan lebih berat buat para ibu yang harus menyiapkan dan menghidangkan makanan sahur dan buka. Istirahat mereka pastilah akan sangat pendek sekali. Mungkin tidur malam hanya satu setengah jam saja. Bandingkan dengan muslim di Indonesia yang rata-rata bisa mulai istirahat pada pukul 21.00 dan baru bangun sahur pada 03.30, alias bisa beristirahat selama 6,5 jam.

Memang, matahari tidak selamanya bercokol di bagian utara. Sesuai dengan kodratnya, pada bulan Agustus sudah mulai bergeser ke selatan sedikit demi sedikit. Artinya, waktu puasa juga semakin pendek dan waktu istirahat semakin panjang. Namun tetap saja masih jauh lebih lama dibanding di tanah air.

Pada tanggal 10 Agustus 2011 misalnya, imsak sudah berubah menjadi 03.30 atau mengalami pergeseran 15 menit dan buka puasa pada 21.18. Sepuluh hari kemudian, imsak jatuh pukul 03.40 dan buka puasa pada 20.55. Sedangkan puasa pada puasa terakhir, imsak sudah mundur ke angka 04.10 dan buka puasa pada pukul 20.28.

Jujur saja, sebenarnya puasa 18,5 jam di Rusia saat ini bukanlah puasa terpanjang. Puasa paling lama di bumi utara akan datang di Rusia sekitar 5 tahun lagi pada saat Ramadan bertepatan dengan minggu terakhir Juni hingga awal Juli. Itulah puncak musim panas di sana. Ketika mata masih terkantuk-kantuk bangun tidur, matahari sudah nongol dan ketika mata mulai terpejam di atas kasur, sang mentari masih mencorong.

Pada minggu ketiga Juni misalnya, imsak biasanya jatuh pada jam 02.40 dan buka puasa pada jam 22.20 serta isya pukul 00.11. Bila saja puasa dijalankan pada masa ini maka seseorang harus mampu menahan lapar dan dahaga hampir 20 jam lamanya. Bahkan di beberapa tempat karena kekhususan lokasinya, malah nyaris tidak punya malam hari. Di St. Petersburg misalnya, disana pada minggu ketiga bulan Juni sering terjadi apa yang disebut white night, malam tanpa gelap. Kalau kebetulan menemui kejadian ini, maka bisa jadi matahari hanya sempat tidur dalam hitungan satu jam saja.

Jangan lupa, Rusia bukanlah negara paling ujung dunia. Di sebelah utaranya masih ada Denmark, Findlandia, Norwegia dan lainnya. Di negeri-negeri tersebut pada musim panas mahatari bercokol lebih lama alias puasa menjadi makin panjang. Bisa jadi, pada puncak musim panas, puasa mencapai 20-22 jam dalam sehari.

Inilah sebuah masalah praktek keagamaan yang sering menjadi perdebatan banyak orang. Apakah puasa hanya mendasarkan pada hitungan matahari, ataukah juga mengikuti ukuran-ukuran kesehatan manusia. Apabila puasa itu dimaksudkan agar terjadi proses kesehatan dalam tubuh manusia, apakah dengan berpuasa lebih dari tiga perempat hari masih masuk dalam katagori menyehatkan? Padahal dalam sebuah firmanNya, Tuhan mengatakan tidak akan memberi beban manusia diluar kemampuannya.

Persoalan diatas rupanya tidak sempat secara khusus dibahas oleh para ahli fiqih klasik. Mereka belum secara rinci melihat berbagai kemungkinan puasa di titik-titik ekstrim dunia. Agama Islam yang diturunkan di negeri Arab dan banyak berkembang di wilayah tropis memang tidak mendatangkan masalah besar terkait dengan perubahan waktu puasa.

Justru para kyai di zaman modern saat ini mulai memberikan fatwa tentang soal puasa di titik ekstrem. Menurut sebagian ulama yang memahami bahwa ayat puasa senantiasa dikaitkan dengan matahari, maka puasa dimanapun harus berdasarkan terbit dan tenggelamnya sang surya. Berapa lamanya puasa ditentukan oleh mencorongnya matahari. "Wajib berpuasa dalam masa tersebut, kecuali tidak mampu," ujar mereka.

Apabila ajaran ini dilaksanakan, maka setiap muslim mau tidak mau harus berpuasa sangat lama, pada kisaran 20 jam. Atau hanya mengalami istirahat puasa dalam jangka yang sangat pendek, yakni rata-rata 3 jam saja perhari. Dibanding muslim di tempat lain, maka keadilan puasa panjang tersebut adalah manakala puasa datang pada musim dingin, 20 tahun kemudian. Saat itu akan ada kompensasi berupa puasa menjadi sangat pendek, yakni pada kisaran 9 jam saja.

Ada juga ulama yang berpendapat, sekiranya tidak mampu menjalani puasa panjang seperti di Rusia saat ini, maka mereka bisa mengacu pada waktu puasa di Mekkah. Waktu mulai dan buka puasanya disamakan dengan di kota Mekkah. Di sisi lain, ada juga ulama yang berpendapat bahwa mereka bisa mengikuti waktu negara dimana paling lama ditinggali. orang yang lama tinggal di Jakarta akan berpedoman dengan waktu puasa di Jakarta.

Bagi kebanyakan muslim Rusia, puasa panjang sudah merupakan sebuah fenomena alam yang jamak. Tidak ada yang aneh lagi. Menurut beberapa ulama setempat, hal ini merupakan tantangan iman bagi mereka. Kalau iman kuat, maka puasa panjang tidak akan pernah menjadi masalah sebab masih jauh lebih enteng dibanding perjuangan Nabi Muhammad SAW ketika menyebarkan Islam pertama kali.

Meskipun begitu, para muallaf di Rusia banyak juga yang tidak menjalankan puasa. Seorang pekerja bangunan di apartemen saya misalnya, menyatakan tidak menjalankan puasa pada waktu musim panas. "Dengan pekerjaan saya seperti ini, maka jujur saja saya tidak mampu menjalaninya. Semoga Tuhan memaklumi," ujarnya.

Sementara itu Abudullah, seorang muslim asal Indonesia yang sudah lama menjadi staf KBRI Moskwa lain lagi ceritanya. Baginya yang penting adalah usaha maksimal dalam menjalankan ibadah puasa. Diatas itu maka hanya Tuhan yang bisa memahami dan mamaklumi. "Saya akan penuhi semua ketentuan waktu sesuai dengan kalender matahari sampai saya benar-benar tidak mampu menjalaninya," tegasnya penuh keyakinan.

Nah, kalau Anda sedang melancong ke Rusia pada bulan Ramadan di musim panas seperti saat ini, kira-kira memilih aliran puasa yang mana? (M. Aji Surya adalah diplomat Indonesia pada KBRI Moskwa, ajimoscovic@gmail.com) [kompas.com]

Kisah Bocah Misterius Menyambut Bulan Ramadhan

Beberapa tahun silam saya menemukan di sebuah milis posting menarik dan menggugah bertajuk “Bocah Misterius”. Setiap kali saya publish, respon an comment yang datang sangat banyak. Karena itu saya merasa perlu mempublishnya lagi menjelang Ramadhan yang sangat kita tunggu.

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan. 

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.

Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. 

Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya. Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. 

Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi,bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. “Bismillah.. .” ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini. 

Kalau memang bocah itu “bocah beneran” pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. “Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?” tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. 

Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman. “Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa,” jawab Luqman dengan halus,”apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu..” Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi.

“Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan puasa? Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?” Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. 

Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar “sangat” menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. “Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja. 

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri? Tuan.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…! Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta? 

Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan.., jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. 

Tuan…, jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan ‘tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak….” Wuahh…, entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman! Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. 

Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat.. 

Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar. 

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya. Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.[kaskus]